Kontroversi yang perlu dicarikan jalan keluarnya dalam hal pendefinisian kemiskinan adalah pada level mana analisis yang lebih memuaskan untuk mengkaji persoalan kemiskinan, apakan lebih rasional menggunakan level kajian individu, atau pada level rumah tangga. Mengikuti logika dan pengajuan konsepsi kemiskinan yang diajukan selama ini adalah lebih kepada penetapan kebutuhan pokok agar seseorang dapat hidup. Meminjam konsep Sayogyo, maka kebutuhan minimum agar seseorang hidup layak masih menggunakan besaran pemenuhan calory, 2100 kilocalory, yang mampu dia capai dalam sehari hari. Pemenuhan kalori ini secara individu kemudian digunakan oleh BPS dalam mengumpulkan angka kemiskinan. Dimana jumlah orang miskin dihasilkan dari hasil perolehan jumlah pengeluaran konsumsi untuk pangan yang distandar dengan satuan kalori dan protein yang diperlukannya, beserta a boudle lain yang minimum harus terpenuhi. Keseluruhan komponen tersebut kemudian dinyatakan dengan rupiah, dan kemudian diperoleh angka yang dinyatakan sebagai threshold level line, atau batas ambang garis kemiskinan..........
POVERTY : KONSEP DAN IMPLIKASI DI INDONESIA (Pdf File)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar