Curruculum Vitae

Curruculum Vitae
Nama : Wiko Saputra
Tempat/tanggal lahir : Padang, 24 Maret 1983
Pendidikan : Sarjana Ekonomi Universitas Andalas Padang-Indonesia
Pekerjaan : Direktur PT. Tanjung Biru Konsultan – Indonesia
Staf Peneliti KasehDia Consulting – Malaysia
Advisory Editor Jurnal IPTEKS Terapan Kopertis Wilayah X
Alamat rumah : Jln. M. Hatta No. 3 Rt 001 Rw. 002 Kel. Anduring Kuranji Padang-Sumatera Barat 25151
Telp. (0751) 841118
HP. 085835818588
Email : wiko_saputra@yahoo.com

Kamis, 25 Desember 2008

RENUNGAN EKONOMI INDONESIA 2008

Satu minggu lagi tahun 2008 akan berakhir dan tahun 2009 akan menyosong kita bersama. Banyak agenda yang telah kita jalani di tahun ini. Dan berbagai situasi kita hadapi ; kesenangan, kebahagian, kesusahan dan kesedihan menjadi irama kehidupan yang dihadapi manusia, siapa pun dan dimana pun.

Mari bersama kita lakukan intropeksi, apa yang telah kita lakukan dan apa yang belum dan akan kita rencanakan. Satu hal yang perlu direnungkan bersama yaitu sudah berapa besarkah kita memberikan kontribusi dalam kehidupan ini. Bukan untuk kita saja tapi untuk orang lain.

RENUNGAN

Mundur ke belakang, diawali Januari 2008, dunia mulai khawatir akan munculnya krisis global yang melanda ekonomi international. Kehancuran ekonomi Amerika Serikat akibat kegagalan sektor properti (istilah "subprime mortage") yang menjalar pada sektor finansial memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian global. Penguasaan lintas keuangan global yang tanpa sekat oleh Amerika Serikat menyebabkan kegoyangan sektor finansial di seluruh dunia terutama kawasan Eropa dan Asia Pasifik. Kehancuran sektor finansial diikuti oleh perlemahan sektor industri manufaktur yang mengalami krisis keuangan. Beberapa perusahan besar sektor finansial dan industri manufaktur terutama otomotif masuk ke dalam jurang kebangkrutan. Agregat dari kondisi ini menyebabkan dua sisi ekonomi supply dan demand menjadi menurun sehingga terjadi perlemahan ekonomi yang cepat.

Krisis ini merupakan yang terparah terjadi paska perang dunia. Amerika Serikat kesulitan likuiditas, Eropa menjerit karena hampir semua sektor ekonomi mengalami ketergantungan terhadap ekonomi Amerika Serikat. Asia bak naga yang mulai kehilangan keseimbangan. Amerika Latin terkungkung dalam anomali ketidakpastian pasar dan perlemahan permintaan produksi. Afrika belum juga keluar dari lingkaran kemiskinan "vicious cycle poverty", kekerasan dan ketidakpastian ekonomi. Ekonomi setengah kiamat...

DIMANA POSISI INDONESIA ?

Ekonomi yang bersifat super liberal dengan regulasi-regulasi yang lemah (dalam tanda kutip indah dalam tatanan, lemah dalam pelaksanaan) memberikan jalur lintas masuk yang mudah bagi krisis global. Pertama, Indonesia dihadapkan pemanasan krisis disaat harga minyak international yang meroket tajam. Kita terperanggah bahwa Indonesia sebagai anggota OPEC (penghasil minyak bumi) bukan lagi net ekspor, Indonesia telah mengalami net impor. Artinya, kebutuhan BBM dalam negeri tidak lagi dapat dipenuhi oleh produksi domestik. Resikonya pun pasti, ketika harga minyak dunia melonjak, otomatis terjadi kenaikan dalam nilai BBM. Karena bersifat public good (walaupun definisi ini perlu diperjelas lagi), otomatis ada tekanan terhadap kemampuan APBN dalam melakukan subsidi BBM. Beban subsidi menjadi meningkat dan tidak lagi tercover dengan APBN. Otomatis pemerintah melakukan pengurangan subsidi dengan menaikan harga BBM. Walaupun kontroversial dan penuh perdebatan langkah ini tetap dilakukan. Sehinga terjadi lonjakan harga melebihi persentase kenaikan harga BBM dan otomatis memacu inflasi. Kedua, Indonesia dan dunia mengalami krisis pangan. Ini akibat dari kesalahan dalam kebijakan pangan global sehinga muncul ketimpangan baik dari aspek produksi, distribusi dan konsumsi pangan dunia. Krisis ini juga melanda Indonesia. Beberapa lonjakan komoditi pertanian mengakibatkan kelangkaan pasokan pangan terutama, kedele, minyak goreng, gandum, beras dan lain-lain. Ketiga, baru pada pertengahan tahun 2008, imbas krisis finansial Amerika Serikat terasa mengalir dalam perekonomian Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan yang drastis sejak tahun 2003. Rupiah mengalami perlemahan menyentuh angka terendah sejak tahun 2003. Ekspor terus mengalami penurunan akibat permintaan pasar yang melemah. Rentetan peristiwa ini menjadikan secara perlahan Indonesia mengalami perlambatan ekonomi. Beberapa koreksi target pertumbuhan ekonomi 2008 dilakukan. Artinya, ketidakpastian ekonomi global juga terjadi di Indonesia. Target pertumbuhan 6,4 % terkoreksi menjadi 6,0 %. Walaupun relatif mengalami koreksi paling rendah dibandingkan negara lain tapi dalam beberapa waktu mendatang akan terus menurun karena efek bubble economy akibat krisis Amerika Serikat belum mencapai puncaknya di Indonesia.

Indikator Makro Perekonomian Indonesia Tahun 2003-2008 (Pdf File)